BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang
berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau
menakutkan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive
Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol ke
pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang
beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut
untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Gangguan
obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu
didominasi oleh repetatif pikiran (obsesi) yang ditindak lanjuti dengan
perbuatan secara berulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
Penderita gangguan ini, mungkin telah berusaha untuk
melawan pikiran yang menganggunya tersebut yang timbul secara berulang akan
tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk
memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.
1.2 Perumusan
Masalah
1.2.1. Apa
yang dimaksud dengan obsesif kompulsif?
1.2.2. Beberapa
faktor yang mendukung gangguan obsesif kompulsif?
1.2.3. Beberapa
macam ciri obsesif kompulsif?
1.2.4. Beberapa Penyebab Obsesif Kompulsif?
1.2.5. Bagaimana cara Diagnosis Banding?
1.2.6. Bagaimana Gejala dan Perilaku Obsesif Kompulsif?
1.2.7. Bagaimana Cara Pencegahan/Penanganan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah
saya membuat karya tulis ini, hanya ingin berbagi pengetahuan daripada yang
saya dapatkan dan saya berharap mahasiswa kebidanan dapat membacanya dan dapat
menerapkan apa pada asuhan untuk klien dan bayinya. Untuk masyarakat yang di
berikan asuhan pada bidannya dapat menerapkan pada keluarganya dan pada
lingkungan di sekelilingnya.
Tentunya karya
tulis ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
·
Penulis bisa lebih memahami apa yang
dimaksud dengan gangguan
obsesif komulatif beserta hal lainnya mengenai obsesif kompulsif.
·
Makalah ini dapat menjadi bahan
referensi bagi pembaca agar bertambah wawasan dan pengetahuaannya. Pembaca juga
bisa mengetahui lebih dekat mengenai gangguan peda obsesif kompulsif.
BAB II
PEMBAHASAN ISI
2.1 Pengertian
Gangguan
Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi
dimana individu tidak mampu mengontrol ke pikirannya yang menjadi obsesi yang
sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu
untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat
kecemasannya.
Gangguan
obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu
didominasi oleh repetatif pikiran (obsesi) yang ditindak lanjuti dengan
perbuatan secara berulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
3.1 Faktor
yang mendukung gangguan obsesif komulatif, yaitu:
- Faktor biologi
Neurotransmitter
a) Sistem serotonergik
Banyak uji klinis obat yang telah
dilakukan untuk mendukung hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat
dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data
menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang
mempengaruhi sistem neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin
sebagai penyebab OCD belum jelas. Studi klinis telah menganalisis
konsentrasi metabolit serotonin (misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA])
dalam cerebrospinal fluid (CSF) serta afinitas dan jumlah ikatan trombosit daripada
imipramine yang telah dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake
serotonin, dan melaporkan temuan pada pasien dengan OCD.
b) Sistem noradrenergik
Saat ini, ada sedikit bukti yang ada
untuk disfungsi dalam sistem noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi
menunjukkan beberapa perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine
oral (Catapres), obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung
saraf presynaptic.
2. Faktor
Perilaku
Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi
adalah stimulus yang dipelajari. Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan
dengan rasa takut atau kecemasan melalui proses pembelajaran responden, yaitu
dengan memasangkan stimulus netral dengan peristiwa berbahaya atau menimbulkan
kecemasan. Dengan demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu
mencetuskan kecemasan atau ketidaknyamanan.
Kompulsi yang dibentuk dengan cara
yang berbeda. Ketika seseorang menemukan bahwa beberapa tindakan dapat
mengurangi kecemasan yang melekat pada pikiran obsesif.
4.1 Ciri
Obsesif Kompulsif
Obsesi dan kompulsi memiliki ciri
tertentu yang sama . Suatu gagasan atau impuls masuk ke dalam kesadaran
seseorang secara menetap. Perasaan takut dan cemas menyertai
manifestasi utama dan sering menyebabkan orang mengambil tindakan balasan
terhadap gagasan atau impuls awal. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien;
yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk
psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi,
orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak
rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi.
Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral
adalah benar walaupun dapat kehilangan pekerjaan karena waktu dihabiskan untuk
membersihkan.
Dalam sebuah studi oleh Baer pada tahun 1994, gejala OCD dibagi
menjadi tiga kelompok:
1.
obsesi simetri dan akurasi sangat berkorelasi dengan
perintah dan dorongan dengan sedikit pengulangan dan akumulasi ritual – namun
obsesi penimbunan yang lemah berhubungan dengan obsesi dengan simetri sangat
berhubungan dengan akumulasi dorongan sedikit dan pemesanan ritual.
- Obsesi kontaminasi dengan dorongan pembersihan yang berkorelasi, seperti yang diharapkan tapi mengejutkan. Mengingat perbedaan klinis antara pembersih dan wanita, obsesi ini juga sedikit berkorelasi dengan kinerja ritual;
- Seksual dan obsesi agama agak berkorelasi, dan dalam kelompok dengan obsesi agresif.
5.1 Penyebab Obsesif Kompulsif
- Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
- Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
- Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
- Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
- Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan
- Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal daripada masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
6.1 Diagnosis Banding
6.2 Keadaan
Medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR
pada distres pribadi dan gangguan fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan
kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama
dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan “tic”
lainnya, epilepsy lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma serta komplikasi
pascaensefalitis.
6.3 Gangguan
Tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah
tik motorik dan vocal yang sering terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan
Tourete dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen
orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua
pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.
6.4
Keadaan Psikiatri
Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah
hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian
impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua gangguan ini, pasien
memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang
(contohnya mencuri).
7.1 Gejala dan Perilaku Obsesif Kompulsif
Lebih dari
separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak. Awitan gejala
untuk sekitar 50 hingga 70 persen pasien terjadi setelah peristiwa yang penuh
tekanan, seperti kehamilan, masa
seksual, atau kematian kerabat. Karena banyak orang tetap merahasiakan
gejalanya, sering terdapat penundaan 5 hingga 10 tahun sebelum pasien datang
untuk mendapatkan perhatian psikiatri, walaupun penundaan mungkin memendek
dengan meningkatnya keaspadaan terhadap gangguan ini. Sekitar 20-30 pasien
mengalami perbaikan gejala yang signifikan dan 40 hingga 50 persen mengalami
perbaikan sedang. Sisa 20 sampai 40 persen tetap sakit atau mengalami
perburukan gejala.
Berbagai Perilaku Gangguan yang sering terjadi :
- Membersihkan atau mencuci tangan
- Memeriksa atau mengecek
- Menyusun
- Mengkoleksi atau menimbun barang
- Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif)
- Takut terkontaminasi penyakit/kuman
- Takut membahayakan orang lain
- Takut salah
- Takut dianggap tidak sopan
- Perlu ketepatan atau simetri
- Bingung atau keraguan yang berlebihan.
- Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan)
Individu
yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa
tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan
perilaku kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif
sebelumnya yang muncul secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman,
penderita gangguan obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (Washer) dan
perilaku umum lainnya seperti diatas.
8.1 Cara
Pencegahan/Penanganan
Psikoterapi suportif secara pasti
memiliki tempat, terutama pada pasien OCD yang walaupun gejalanya memiliki
keparahan yang beragam, mampu bekerja dan melakukan penyesuaian sosial. Dengan
kontak regular dan terus dengan orang yang professional, tertarik, simpatik,
dan member semangat, pasien mungkin mampu berfungsi dengan bantuan ini.
Kadang-kadang ketika obsesional dan anxietas mencapai intensitas yang tidak
dapat ditoleransi, pasien perlu dirawat inap sampai tempat singgah di institusi
dan penjauhan daripada stress lingkungan
mengurangi gejala hingga tingkat yang dapat ditoleransi.
2. Farmakologi
Efektivitas farmakoterapi terhadap
OCD terbukti melalui banyaknya percobaan klinis. Pendekatan standarnya adalah
memulai dengan SSRI atau clomipramine dan kemudian berpindah strategi
farmakologis lain jika obat spesifik serotonin tidak efektif.
- Selective
Serotonine Reuptake Inhibitor. SSRI telah disetujui oleh U.S. Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi OCD. Dosis yang lebih tinggi sering
diperlukan untuk memberikan efek yang lebih menguntungkan, seperti fluoxetin 80
mg perhari. Walaupun SSRI menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala,
anxietas dan kegelisahan. Efek samping ini sering
sementara dan umumnya tidak menyulitkan daripada efek samping obat trisiklik
seperti clomipramine. Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI
dikombinasikan dengan terapi perilaku.
- Clomipramine,
adalah obat pertama yang disetujui U.S FDA untuk terapi OCD. Penggunaan
dosisnya harus dititrasi meningkat selama 2 hingga 3 minggu untuk
menghindari efek samping gastrointestinal dan hipotensi ortostatik. Obat ini
juga menimbulkan sedasi dan efek
kolinergik yang bemakna, termasuk mulut kering dan konstipasi. Seperti SSRI,
hasil terbaik bersal dari kombinasi obat dengan terapi perilaku.
3. Terapi
Perilaku
Walaupun sedikit perbandingan satu persatu yang telah dilakukan, terapi
perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada OCD, dan sejumlah data
menunjukkan bahwa efek menguntungkan bertahan lama dengan adanya terapi
perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku
sebagai terapi pilihan OCD. Terapi perilaku dapat dilakukan di lingkungan rawat
jalan dan rawat inap. Pendekatan perilaku yang penting di dalam OCD adalah
pajanan dan pencegahan respons. Desensitasi, penghentian pikiran, pembanjiran,
terapi implosi dan aversive conditioning juga telah digunakan pada
pasien OCD. Di dalam terapi perilaku, pasien harus benar-benar
berkomitmen terhadap perbaikan.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Sebuah obsesi adalah pikiran
berulang dan mengganggu, perasaan,dan ide Kompulsi adalah perilaku yang
berulang, disengaja atau tindakan mental orang yang merasa dipaksa untuk
melakukan, biasanya dengan sebuah keinginan untuk melawan (misalnya mencuci
tangan). Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung
terkena, tetapi diantara remaja, laki-laki lebih lazim terkena daripada
perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki
usia sedikit lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) daripada perempuan
(sekitar 22 tahun)..
Etiologi gangguan obsesif-kompulsif
yaitu factor biologi (Neurotransmitter: Sistem noradrenergik dan Sistem
serotonergik) dan faktor perilaku. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien;
yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk
psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi,
orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak
rasional.
1.2 Saran
Seorang
bidan harus bisa memberikan asuhan kepada klien yang mempunyai keluhan.
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan pendidikan agar
memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan tentang pengetahuan mengenai
gangguan obsesif kompulsif. Bagi masyarakat harus rutin untuk menjaga, khususnya
yang mengalami gangguan obsesif kompulsif dan rajin mengikuti terapi pengobatan
yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan, dengan harapan dapat segera
menanggulangi gangguan obsesif kompulsif ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonym. Symptom of OCD- Stanford university. Available from : www.ocd.stanford.edu.
- Ebert.M H. Current Diagnosis & Treatments in Psychiatry . McGraw-Hill’s Acces Medicine: 2005
- Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2010
- Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPGDJ-III. Jakarta:2003
- McLean, PD. Woody, S.R. Anxiety Disorder in Adults. Oxford University Press: 2001
- Mckay, Dean. Taylor, Steven. Abramowitz, JS. Obsessive-compulzive Disorder vol 374 : August 2009
- Paige, LZ. Obsessive-Compulsive Disorder. Principal Leadership : September 2007