Sabtu, 15 Maret 2014

Makalah Obsesif-Kompulsif tugas IPU



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsiObsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol ke pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran (obsesi) yang ditindak lanjuti dengan perbuatan secara berulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.

Penderita gangguan ini, mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran yang menganggunya tersebut yang timbul secara berulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.

1.2   Perumusan Masalah
1.2.1.      Apa yang dimaksud dengan obsesif kompulsif?
1.2.2.      Beberapa faktor yang mendukung gangguan obsesif kompulsif?
1.2.3.      Beberapa macam ciri obsesif kompulsif?
1.2.4.      Beberapa Penyebab Obsesif Kompulsif?
1.2.5.      Bagaimana cara Diagnosis Banding?
1.2.6.      Bagaimana Gejala dan Perilaku Obsesif Kompulsif?
1.2.7.      Bagaimana Cara Pencegahan/Penanganan?

1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah saya membuat karya tulis ini, hanya ingin berbagi pengetahuan daripada yang saya dapatkan dan saya berharap mahasiswa kebidanan dapat membacanya dan dapat menerapkan apa pada asuhan untuk klien dan bayinya. Untuk masyarakat yang di berikan asuhan pada bidannya dapat menerapkan pada keluarganya dan pada lingkungan di sekelilingnya.



Tentunya karya tulis ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
·                Penulis bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan gangguan obsesif komulatif beserta hal lainnya mengenai obsesif kompulsif.
·         Makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca agar bertambah wawasan dan pengetahuaannya. Pembaca juga bisa mengetahui lebih dekat mengenai gangguan peda obsesif kompulsif.




































BAB II
PEMBAHASAN ISI

2.1 Pengertian

Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol ke pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran (obsesi) yang ditindak lanjuti dengan perbuatan secara berulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.



3.1 Faktor yang mendukung gangguan obsesif komulatif, yaitu:
  1. Faktor biologi
Neurotransmitter
a)      Sistem serotonergik
Banyak uji klinis obat yang telah dilakukan untuk mendukung hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin sebagai  penyebab OCD belum jelas. Studi klinis telah menganalisis konsentrasi metabolit serotonin (misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA]) dalam cerebrospinal fluid (CSF) serta afinitas dan jumlah ikatan trombosit daripada imipramine yang telah dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake serotonin, dan melaporkan temuan pada pasien dengan OCD.
b)      Sistem noradrenergik
Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan beberapa perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine oral (Catapres), obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung saraf presynaptic.
2.      Faktor Perilaku
Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah stimulus yang dipelajari. Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan melalui proses pembelajaran responden, yaitu dengan memasangkan stimulus netral dengan peristiwa berbahaya atau menimbulkan kecemasan. Dengan demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu mencetuskan kecemasan atau ketidaknyamanan.
Kompulsi yang dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menemukan bahwa beberapa tindakan dapat mengurangi kecemasan yang melekat pada pikiran obsesif.

4.1 Ciri Obsesif Kompulsif
Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu yang sama . Suatu gagasan atau impuls masuk ke dalam kesadaran seseorang secara menetap. Perasaan takut dan cemas menyertai manifestasi utama dan sering menyebabkan orang mengambil tindakan balasan terhadap gagasan atau impuls awal. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral adalah benar walaupun dapat kehilangan pekerjaan karena waktu dihabiskan untuk membersihkan.
Dalam sebuah studi oleh Baer pada tahun 1994, gejala OCD dibagi menjadi  tiga kelompok:
1.                  obsesi simetri dan akurasi sangat berkorelasi dengan perintah dan dorongan dengan sedikit pengulangan dan akumulasi ritual – namun obsesi penimbunan yang lemah berhubungan dengan obsesi dengan simetri sangat berhubungan dengan akumulasi dorongan sedikit dan pemesanan ritual.
  1. Obsesi kontaminasi dengan dorongan pembersihan yang berkorelasi, seperti yang diharapkan tapi mengejutkan. Mengingat perbedaan klinis antara pembersih dan wanita, obsesi ini juga sedikit berkorelasi dengan kinerja ritual;
  2. Seksual dan obsesi agama agak berkorelasi, dan dalam kelompok dengan obsesi agresif.
5.1 Penyebab Obsesif Kompulsif
  1. Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder). 
  2. Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD. 
  3. Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah. 
  4. Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
  5. Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan 
  6. Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal daripada masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.

6.1  Diagnosis Banding
6.2       Keadaan Medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa.  Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan “tic” lainnya, epilepsy lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma serta komplikasi pascaensefalitis.

6.3       Gangguan Tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.
6.4       Keadaan Psikiatri
Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang (contohnya mencuri).
 7.1 Gejala dan Perilaku Obsesif Kompulsif
Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak. Awitan gejala untuk sekitar 50 hingga 70 persen pasien terjadi setelah peristiwa yang penuh tekanan, seperti kehamilan, masa seksual, atau kematian kerabat. Karena banyak orang tetap merahasiakan gejalanya, sering terdapat penundaan 5 hingga 10 tahun sebelum pasien datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri, walaupun penundaan mungkin memendek dengan meningkatnya keaspadaan terhadap gangguan ini. Sekitar 20-30 pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan dan 40 hingga 50 persen mengalami perbaikan sedang. Sisa 20 sampai 40 persen tetap sakit atau mengalami perburukan gejala.
Berbagai  Perilaku Gangguan yang sering terjadi : 
  • Membersihkan atau mencuci tangan 
  • Memeriksa atau mengecek 
  • Menyusun 
  • Mengkoleksi atau menimbun barang 
  • Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif) 
  • Takut terkontaminasi penyakit/kuman 
  • Takut membahayakan orang lain 
  • Takut salah 
  • Takut dianggap tidak sopan 
  • Perlu ketepatan atau simetri 
  • Bingung atau keraguan yang berlebihan. 
  • Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan)
Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan perilaku kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif sebelumnya yang muncul secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman, penderita gangguan obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (Washer) dan perilaku umum lainnya seperti diatas.
8.1 Cara Pencegahan/Penanganan
  1. Psikoterapi
Psikoterapi suportif secara pasti memiliki tempat, terutama pada pasien OCD yang walaupun gejalanya memiliki keparahan yang beragam, mampu bekerja dan melakukan penyesuaian sosial. Dengan kontak regular dan terus dengan orang yang professional, tertarik, simpatik, dan member semangat, pasien mungkin mampu berfungsi dengan bantuan ini. Kadang-kadang ketika obsesional dan anxietas mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleransi, pasien perlu dirawat inap sampai tempat singgah di institusi dan penjauhan daripada stress lingkungan mengurangi gejala hingga tingkat yang dapat ditoleransi.

2.      Farmakologi
Efektivitas farmakoterapi terhadap OCD terbukti melalui banyaknya percobaan klinis. Pendekatan standarnya adalah memulai dengan SSRI atau clomipramine dan kemudian berpindah strategi farmakologis lain jika obat spesifik serotonin tidak efektif.
-          Selective Serotonine Reuptake Inhibitor. SSRI telah disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi OCD. Dosis yang lebih tinggi sering diperlukan untuk memberikan efek yang lebih menguntungkan, seperti fluoxetin 80 mg perhari. Walaupun SSRI menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, anxietas  dan kegelisahan. Efek samping ini sering sementara dan umumnya tidak menyulitkan daripada efek samping obat trisiklik seperti clomipramine. Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI dikombinasikan dengan terapi perilaku.
-          Clomipramine, adalah obat pertama yang disetujui U.S FDA untuk terapi OCD. Penggunaan dosisnya  harus dititrasi meningkat selama 2 hingga 3 minggu untuk menghindari efek samping gastrointestinal dan hipotensi ortostatik. Obat ini juga menimbulkan sedasi dan efek kolinergik yang bemakna, termasuk mulut kering dan konstipasi. Seperti SSRI, hasil terbaik bersal dari kombinasi obat dengan terapi perilaku.

3.      Terapi Perilaku
Walaupun sedikit perbandingan satu persatu yang telah dilakukan, terapi perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada OCD, dan sejumlah data menunjukkan bahwa efek menguntungkan bertahan lama dengan adanya terapi perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi pilihan OCD. Terapi perilaku dapat dilakukan di lingkungan rawat jalan dan rawat inap. Pendekatan perilaku yang penting di dalam OCD adalah pajanan dan pencegahan respons. Desensitasi, penghentian pikiran, pembanjiran, terapi implosi dan aversive conditioning juga telah digunakan pada pasien  OCD. Di dalam terapi perilaku, pasien harus benar-benar berkomitmen terhadap perbaikan.









BAB III
PENUTUP

1.1  KESIMPULAN
Sebuah obsesi adalah pikiran berulang dan mengganggu, perasaan,dan ide  Kompulsi adalah perilaku yang berulang, disengaja atau tindakan mental orang yang merasa dipaksa untuk melakukan, biasanya dengan sebuah keinginan untuk melawan (misalnya mencuci tangan). Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena, tetapi diantara remaja, laki-laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia sedikit lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) daripada perempuan (sekitar 22 tahun)..
Etiologi gangguan obsesif-kompulsif yaitu factor biologi (Neurotransmitter: Sistem noradrenergik dan Sistem serotonergik) dan faktor perilaku. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional.
1.2 Saran
Seorang bidan harus bisa memberikan asuhan kepada klien yang mempunyai keluhan. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan pendidikan agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan tentang pengetahuan mengenai gangguan obsesif kompulsif. Bagi masyarakat harus rutin untuk menjaga, khususnya yang mengalami gangguan obsesif kompulsif dan rajin mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan, dengan harapan dapat segera menanggulangi gangguan obsesif kompulsif  ini.







DAFTAR PUSTAKA

  1. Anonym. Symptom of OCD- Stanford university. Available from : www.ocd.stanford.edu.
  2. Ebert.M H. Current Diagnosis & Treatments in Psychiatry . McGraw-Hill’s Acces Medicine: 2005
  3. Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2010
  4. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPGDJ-III. Jakarta:2003
  5. McLean, PD. Woody, S.R. Anxiety Disorder in Adults. Oxford University Press: 2001
  6. Mckay, Dean. Taylor, Steven. Abramowitz, JS. Obsessive-compulzive Disorder vol 374 : August 2009
  7. Paige, LZ. Obsessive-Compulsive Disorder. Principal Leadership : September 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar